Wednesday, May 9, 2012

MAAF


Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan)
yang tiada berguna... Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya... Mereka itulah orang yang mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya. (QS. 23:1-11)
Dari hari ke hari, akan semakin banyak yang menyimpulkan bahwa amanah dan kejujuran di tengah bangsa kita bukan lagi tidak utama, melainkan juga sudah menjadi soal remeh dan sepele. Semakin nyata di lingkungan terdekat kita bahwa perasaan bersalah apabila berdusta kian langka.
Pada titik ekstrem dusta malah dianggap sebagai suatu keahlian yang dapat menjadi sumber penghasilan. Sebaliknya, jika ada yang jujur dan memegang amanah, terkesan orang itu naif bahkan bodoh.
Ambil contoh pengemis yang menggunakan bayi sewaan untuk menggugah belas kasih sampai dengan penipuan-penipuan perbankan yang halus maupun kasar. Rekayasa agar anak mendapat ranking di sekolah sampai pada jual-beli jabatan secara terang-terangan maupun tersamar, termasuk pula tawar-menawar untuk sebuah kedudukan.
Agar terang dan jelas, mari kita ungkapkan contoh-contoh lain untuk saling mengingatkan bahwa pengkhianatan terhadap amanah dan ketidakjujuran sangat banyak jenisnya: Korupsi, pemutarbalikan fakta, pelanggaran aturan, penegakan hukum yang pilih bulu dan ditentukan oleh uang, juga pemanfaatan kekuasaan lebih untuk kepentingan pribadi dan golongan daripada manfaat bagi publik luas.
Pengkhianatan terhadap amanah dan ketidakjujuran boleh dibilang berlangsung di semua kelompok dan lapisan masyarakat, baik itu lingkungan keagamaan, pendidikan, pemerintahan dan swasta, rakyat jelata, pemimpin-pemimpin bangsa, kaya ataupun miskin, para intelektual, para penegak hukum, dan kelompok-kelompok lainnya.
Menipisnya amanah dan kejujuran, begitu pula rasa malu. Gejalanya tampak jelas, seperti tidak malu lagi berbuat korupsi, menipu, dan melakukan KKN. Ironis pula karena kita dapat melihat yang tidak malu lagi memamerkan hasil korupsi. Malah anggota keluarga dekat maupun jauh justru bangga atas hasil ketidakamanahan dan ketidakjujuran tersebut.
Demikian juga lingkungan yang menerima limpahan hasil korupsi, senang, bangga dan memuji-muji para koruptor,penipu, pembohong “yang baik hati itu”.
Sungguh, seakan ruang untuk amanah kejujuran semakin sempit dari hari ke hari. Penekanan pendidikan dari tingkat pra sekolah sampai tingkat universitas tidak lagi menekankan pentingnya amanah & kejujuran. Bahkan hasil penelitian survei dan hasil laboratorium pun dapat direkayasa.
Hal inilah yang terlihat secara kasat mata dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat kita. Semula berjalan dengan perlahan, tanpa disadari berkembang dengan cepat, akhirnya menjadi darah dan daging. Tanpa disadari bayi-bayi yang dikandung para ibu pun telah belajar khianat dan dusta.
Hampir dapat dipastikan apabila masyarakat dan bangsa ini tidak mampu mengubah sikap, maka kemusnahan menjadi ancaman yang kian dekat. Allah Swt memperingatkan dalam (QS 33: 70) untuk berkata benar, dan menjauhi dusta (QS 2230). Bentuk lain dari dusta adalah tidak sesuainya antara perkataan dan perbuatan (QS 61: 2-3).
Mahal sungguh nilai amanah dan kejujuran. Mudah-mudahan pengutamaan amanah dan kejujuran menjadi prioritas utama bangsa ini di segenap bidang kehidupan. Pengecualian tidak perlu menjadi bahan perdebatan, apalagi menjadi upaya mencari pembenaran untuk berkhianat dan berdusta.

No comments:

Post a Comment